Minggu, 19 April 2020

LABIRIN


Ketika aku kecil, aku sudah menemukan hal yang berbeda dari anak - anak pada umumnya yang ingin menjadi Dokter, Polisi, TNI, bahkan Guru. Sedangkan aku, ingin menjadi musisi pada waktu itu. Mencoba bertahun - tahun di jalan itu, tapi tak kunjung temu jalan keluar hingga aku berfikir untuk mencari jalan lain atau yang sering di sebut orang dengan banting stir sehingga aku meninggalkan musik.


Di labirin itu aku menemukan jalan baru, yaitu dunia peran. Dimana aku harus menjadi orang lain dan membuat orang terhibur dengan ekspresi. Awalnya aku tidak terlalu tertarik masuk ke dunia peran, karena aku selain suka musik, akupun suka menari, dan itu sudah pernah aku lakukan pada waktu tahun 2001 di saat perpisahan TK (taman kanak - kanak) umur 6 tahun.

Tetapi lama kelamaan saat aku mempelajari akting, akupun jadi menyukai dunia itu. Walaupun semuan orang bersandiwara, di depan layar dan juga di belakang layar, itu tak membuatku menyerah akan perjuangan itu. Yang ada aku semakin semangat dan membara bagaikan api, apa lagi dengan adanya orang - orang sekelilingku yang sangat asik untuk bisa di ajak berjuang bersama.


Tak lama sejak aku meninggalkan dunia itu. Aku berfikir untuk mempelajari dance dengan bakat yang terpendam sejak dini. Ternyata setelah mempelajarinya, jiwa ku semakin membara, semakin bersemangat. Tapi sayang, waktu yang ku punya hanya sedikit untuk melakukan itu. Sedih? iya. Marah? tentu tidak.

Semenjak hari itu, jiwa ku mulai padam, semangat ku mulai layu, hidup ku menjadi bimbang dan aku selalu berfikir tak ada jalan keluar di labirin yang sangat luas ini.

Akupun mulai mencari jalan lain, karena jalan sebelumnya buntu dan ambisiku untuk keluar tak akan padam. Hingga pada saat aku berjalan, aku menemukan jalan baru, yaitu sosial media. Awalnya aku bingun, gimana cara aku keluar melewati dan berjuang di sosial media, Instagram dan YouTube. Kebingungan berputar di kepalaku, karena aku tak tahu harus bagaimana, dan harus ngapain. Ngedit tak bisa, kontenpun tak ada di kepalaku

Walaupun hingga darah bertumpahan, perjuangan ini tak akan terhentikan. Walaupun keringat bercucuran, semangat ini tak akan pergi begitu saja.

Karena sudah masuk di dalam jalan itu, aku mempelajari dan melihat cara - cara editing di sosial media, dan mencoba berbagai konten untuk di posting.

Jenuhpun mulai terasa, bakatpun mulai terpendam. Di kepalaku selalu berputar dan bertanya - tanya "Kenapa kebahagiaan tak sama seperti jalan sebelumnya?". Karena aku tak menemukan kebahagiaan, akupun menghilang sejenak untuk tidak membuat konten.


Di saat akun hanya berjalan di lorong labirin aku melihat ke arah kamera yang hanya tergeletak dan cahayapun muncul dari ujung lorong. Dan di ujung itu, aku melakukan pemotretan, ngedit video, dan juga melakukan hal seperti design pamplet.

Tertekan? Jelas.
Bosan? Tentu.
Kok gak cari jalan lain? Terlanjur

Aku berusaha untuk tetap menjalani itu, karena aku belum menemukan jalan lain. Di belakang layar tak sama seperti halnya di depan layar, kebahagian itu jauh berbeda, kesenangan itu tak ku temui saat ini. Mungkin suatu saat aku akan menemukan jalan baru untuk kebahagiaan ku sendiri, bukan orang lain.


0 comentários:

Posting Komentar