Sabtu, 06 Mei 2017

IMPIANKU (Cerpen)

         Aku hanya bisa diam, melamun, dan menghayal setiap saatnya, dan aku tak mau tau bagaimana memperjuangkan impian itu. Aku mulai berfikir untuk berusaha dan berjuang mewhujudkan impian itu. Suatu hari aku bertemu teman lama ku, dan aku mencurahkan kegelisahan ku tentang impian itu. Aku sangat senang sekali dia menyemangatiku ‘Makasih atas suportnya Dilah” Kata aku. Dan aku meminta nomor telepon nya, supaya aku bisa menghubunginya suatu saat nanti.


            Keesokan harinya, aku SMS Dilah “Pagi Dilah” Ungkap aku, dan dia membalasnya “Pagi juga Rian” Saat dia membalas, aku sangat senang sekali. Sebelumnya aku hanya bisa melamun, menghayal, tanpa ada usaha. Setelah aku bertemu dengannya rasanya aku bersemangat sekali untuk memperjuangkan itu. Aku pun kembali bertanya kepada Dilah melalui SMS “Kamu kuliah dimana Dil” Ungkap aku. Dan tidak di sangka – sangka ternyata Dilah dan aku kuliah di kampus yang sama.

            Esok paginya aku datang ke kampus untuk menghampirinya, saat aku ingin menghampirinya, aku melihat ia bersama laki – laki yang aku tak tau siapa itu. Aku pun lansung pulang karena tak sanggup menahan rasa sakit. Setiba aku di rumah, aku pun kembali termenung, galau, gelisah. Dan aku lansung berbaring di tempat tidur, dan memegang handphone untuk SMS Dilah “Dilah, kamu di mana?” Ungkap aku, dan Dilah pun membalas SMS itu “Di rumah, kenapa Ian?”. Aku merasa di bohongi “Kok Dilah bilang kalau dia di rumah ya? Apa dia sudah pulang?” Ungkap aku dalam hati. “Ya sudahlah, mungkin dia gak mau di ganggu.” Kata aku dengan pasrah.

            Setelah ku mencoba melupakan Dilah, akhirnya aku bisa kembali lagi untuk menggapai  impian itu. Tak ada satupun yang bisa menghalangi ku, dan aku tidak mau ada cinta yang menghalangi impian ku. Pada suatu hari impian ku perlahan – lahan terwhujud, dan wanita yang ada di masa lalu ku kembali datang menghantuiku “Dilah dimana ya sekarang?” Ungkap aku dalam hati.

            Setelah sekian lama ku mencari keberadaan Dilah, dan tiba di saat Aku menjadi salah satu juri lomba menulis, aku pun melihat Dilah di Event itu, lalu aku mencoba untuk mendekatinya, awalnya aku malu untuk menemuinya, tetapi aku tetap bertekat untuk menemuinya. Dengan gugupnya aku menyapa “Hai Dilah, apa kabar?”. Dilah kaget, dan terlihat senang sekali “Rian? Kamu kok ada di sini?” Ungkap Dilah, Rian tersenyum dan berkata “Aku jadi salah satu juri di sini” Dilah tak menyangka kalau Rian sudah menjadi juri di Event menulis.

            Singkat cerita Dilah pun terus – terusan mendoakan Rian agar lebih sukses lagi, hingga namanya di kenal banyak orang. Seiring berjalannya waktu, Rian pun di kenal banyak orang dengan karya tulisannya itu, karya – karyanya menyebar luas, setiap acara yang di datangi oleh Rian, Dilah datang untuk memberi suport Rian. Dan tiba di saatnya di mana Rian mengungkapkan rasa cinta yang di pendam selama ini kepada Dilah.

            
This entry was posted in

2 komentar: